Rabu, 30 April 2008

MENDISIPLINKAN ANAK SECARA SMART

Oleh: Mukti Amini (ketua Uum PW Salimah DKI)


Tulisan ini dapat dijumpai di Rubrik Tarbiyah Muslimah Majalah Tatsqif, diunggah ke dalam blog ini semata agar tidak hilang ditelan usia

Artikel ini telah dimuat di Majalah Tatsqif edisi Pebruari 2008


Rumah Reno terletak tidak jauh dari SD-nya, sebuah SD Islam di sudut kota Jakarta. Ayah Reno setiap hari bekerja dari pagi sampai sore. Ibunya, meskipun tidak bekerja, hampir setiap hari keluar rumah untuk aktivitas dakwah dan sosial. Sepulang sekolah, Reno yang anak tunggal hanya ditemani pembantunya. Di rumahnya, Reno bebas memanfaatkan semua fasilitas yang ada, pembantu tidak berani melarangnya. Suatu hari Reno menyewa sebuah VCD yang ditawarkan oleh penjaga rental VCD tak jauh di rumahnya. Dia tonton VCD itu bersama-sama 4 teman karibnya: Aldi, Edo, Eko dan Badu. Ternyata VCD tersebut adalah VCD porno yang berisi adegan ranjang. Terdorong oleh tontonan tersebut, 5 sahabat itu mengajak Nina, teman sekelasnya ke sekolah. Di ruangan kelas yang sepi dan belum terkunci, mereka mencoba menirukan apa yang mereka lihat di film tersebut secara bergilir, dengan Nina sebagai objeknya. Kejadian tersebut dipergoki oleh Pak Jono, tukang kebun sekolah, yang kemudian melapor pada kepala SD tersebut keesokan harinya. Pak kepala SD segera mengajak seluruh orang tua 5 anak tersebut berkumpul untuk menyelesaikan masalah tersebut. Ketika dberitahukan persoalan yang menimpa anak-anak mereka, semua orang tua yang hadir terperanjjat, tak percaya, dan mengelus dada. Tak habis pikir mereka betanya, ”Kok bisa ya anakku bertindak begitu???”

Bukan rahasia, kejadian serupa kasus di atas saat ini makin marak saja menimpa anak-anak Indonesia. Bahkan kejadian serupa dapat saja terjadi pada anak-anak kita. Sungguh, anak-anak kita dalam bahaya!
Sebagai seorang ibu (atau calon ibu) muslimah, bagaimana kita harus menyikapi hal ini? Anak-anak kita sebagai amanah dari Allah SWT, yang perlu kita didik sebaik-baiknya. Ini tugas yang tidak mudah, karena sebagai seorang muslimah yang baik, kita tidak hanya dituntut untuk sukses dalam membina keluarga, tetapi juga harus berdaya guna bagi masyarakat sekitar. Bukan muslimah yang mencukupkan diri dengan terbentuknya keluarga samara, tetapi lebih dari pada itu, ingin membentuk sebuah keluarga dakwah yang samara. Namun jangan sampai kesibukan dakwah muslimah di luar rumah malah menjadi bumerang bagi dakwah, yaitu ketika anak-anak kita berperilaku yang dianggap kurang baik oleh masyarakat sekitar. Jangan sampai ada omongan, ”Ibunya sih alim, ngajar ngaji kemana-mana. Tapi lihat tuh anak-anaknya, waduh nakalnya minta ampun. Kemarin anakku saja sampai harus masuk rumah sakit gara-gara kepalanya bocor dilempar batu sama anaknya...”
Nah, salah satu yang mungkin dapat dilakukan adalah dengan mengevaluasi cara kita dalam mendisiplinkan anak. Kadang, atas nama cinta, banyak kasus anak-anak yang tidak displin karena ibunya tidak berani bersikap tegas. Sang Ibu terjebak pada stigma bahwa seorang muslimah itu harus selalu lemah lembut, tidak boleh marah meskipun anak-anak berperilaku salah. Yang kemudian terjadi adalah justru anak-anak tumbuh dalam lingkungan yang bias aturan.

Bagaimana kita dapat mendisiplinkan anak secara efektif? Banyak cara yang ditawarkan oleh para ahli. Namun intinya adalah bahwa kita harus melaksanakan semua itu atas dasar cinta. Salah satu kiat itu ditulis olh Larry J. Koenig yang mengenalkan smart discipline. Tahap-tahap untuk mendisiplinkan anak dengan smart disiplin ini meliputi beberapa langkah di bawah ini.

Mengidentifikasi perilaku kurang baik anak yang harus segera dirubah.
Perilaku anak yang kurang baik perlu diurutkan dan dibuat rekapitulasinya. Caranya dengan membuat daftar/matriks perilaku kurang baik yang biasanya dilakukan anak-anak lalu dihitung frekwensinya dalam waktu tertentu, misalnya 1 pekan. Setelah itu buat peringkat, frekwensi yang paling banyak berarti prioritas perilaku kurang baik yang harus segera diubah.

Membuat peraturan atau batasan
Batasan pada anak diperlukan sebagai rambu-rambu agar anak dapat bermain tanpa rasa takut dan merugikan orang lain. Batasan yang dibuat tersebut harus masuk akal dan adil, artinya disesuaikan dengan usia anak. Untuk anak umur 7 tahun misalnya, tentu poin-poin batasannya lebih sederhana dari pada anak kita yang beranjak remaja. Dalam masalah sholat misalnya, Rasulullah SAW mengajarkan tahapan mengenalkan aturan denngan cara, ”...suruhlah anakmu sholat pada usia 7 tahun, dan pukullah bila tidak sholat pada usia 10 tahun...”. Rasulullah membolehkan kita memukul anak jika belum juga mau sholat pada usia 10 tahun, sejak pertama kali disuruh untuk sholat pada umur 7 tahun. Artinya, ada rentang waktu 3 tahun yang dianggap sangat cukup untuk membiasakan dan mendidik anak-anak dengan aturan.
Sebaiknya, batasan ini perlu ditulis supaya tidak terjadi perdebatan atau bantahan. Tempelkan tulisan tersebut pada tempat yang strategis supaya mudah dilihat anak. Untuk anak kita yang belum dapat membaca, poin-poin aturan tersebut dapat dibantu dengan gambar/icon.


Untuk membuat dan menjamin pelaksanaan aturan yang baik pada anak perlu memenuhi beberapa kriteria. Pertama, berhemat dengan batasan-batasan, karena semakin banyak aturan semakin besar potensi ada aturan yang dilanggar. Batasan yang terlalu banyak juga akan membuat anak bingung mematuhi apa saja yang diharapkan. Kedua, dibuat dengan kalimat yang jelas dan spesifik, makin ringkas makin baik. Ketiga, buatlah aturan yang masuk akal dan layak. Masuk akal yaitu jika sesuai dengan keadaan emosi dan jasmani anak pada saat itu. Keempat, konsisten dalam menjalankan aturan tersebut. Tidak ada istilah anak lolos dari konsekwensi karena ibu lupa atau tidak tega. Kelima, berkata dengan gaya menunjukkan/menjelaskan dan bersifat menentukan, bukan melarang. Keenam, memberikan tenggang waktu untuk pelaksanaan. Artinya, sebelum benar-benar dilaksanakan, perlu diadakan sosialisasi dulu pada anak-anak. Ketujuh, membangun hubungan timbal balik dan atas dasar kerelaan kedua pihak (orang tua dan anak). Kedelapan, aturan dibuat secara bertahap, mulai dari hal-hal yang kecil. Kesembilan, memberikan kesempatan pada anak untuk mengajukan pilihan dan pertimbangan, sehingga aturan tersusun secara demokratis. Tapi bukan berarti anak boleh menawar berbagai konsekwensi yang telah disepakati. Kesepuluh, meninjau secara berkala terhadap aturan yang dibuat, dan dirundingkan kembali bersama anak. Kesebelas, mengingatkan anak pada aturan saat melanggar dengan pertanyaan atau permintaan, bukan dengan hardikan atau kemarahan. Misalnya, saat anak merengek, maka kita bisa mengatakan, ”Maaf Zaki, kamu boleh ambil brownies itu lagi, tapi nanti setelah kamu selesai makan ya”. Sebaiknya hindari kata-kata ”tidak boleh” atau ”Jangan...” supaya anak tidak merasa sebagai pihak tertuduh. Dan keduabelas, tidak pelit dengan pujian bila aturan sudah dilaksanakan anak. Pujian akan membangun konsep diri positif pada anak.

Memilih konsekwensi yang tepat
Konsekwensi akan berlaku bila anak dapat menjalankan aturan dengan baik. Buatlah daftar hak istimewa yang dinikmati anak sehari-hari dan oleh anak dianggap sudah menjadi haknya apa pun yang terjadi. Pilihlah diantaranya 5 saja yang sangat diinginkan anak, lalu urutkan. Hak yang paling penting diberi nomor 5, yang paling tidak penting diberi nomor 1. Misalnya, Zaki mempunyai 5 hak istimewa dengan urutan: beli es krim, baca buku cerita, nonton kartun di tivi, main sepeda, dan main game di komputer.

Membuat tabel smart disiplin
Tabel smart disiplin ini sebaiknya dibuat harian, namun juga dapat dibuat mingguan. Contoh tabel smart disiplin harian adalah dengan membuat tabel 2 X 4, baris atas diisi dengan tanda ABCD, dan baris ke 2 diisi dengan EFGH. Berikan judul untuk nama, hari, dan catatan akhir tentang peraturan hari ini serta perilaku baik anak yang telah dilakukannya kemarin. Tabel tersebut dapat dilihat di bawah ini.

Nama : ______________________________________________________________
Hari : ______________________________________________________________

A
B
C
D
E
F
G
H
Peraturan hari ini: ____________________________________________________
Perilaku baik hari kemarin: _____________________________________________


Hak istimewa yang paling tidak penting (nomor 1) dimasukkan di kolom D, berturut-turut sampai hak istimewa paling penting di kolom H. Tabel ini ditempelkan di tempat strategis dimana anak juga dapat melihatnya.

Menjelaskan cara kerja smart disiplin
Jika anak melanggar salah satu butir aturan, maka kolom A akan diberi tanda X. Jika anak melanggar butir aturan yang sama atau butir aturan yang lain, maka kolom B juga diberi tanda X, begitu pula nanti untuk kolom C. Jadi ada 3 kali pelanggaran yang bila dilakukan anak masih diberikan toleransi dan anak tetap tidak kehilangan hak istiimewa. Namun jika ada pelanggaran yang ke-4, maka kolom D diberi tanda X sehinga hak istimewa pada kolom tersebut hilang. Begitu seterusnya. Tabel ini perlu diganti setiap hari. Anak boleh menggunakan hak istimewa yang masih ada pada esok harinya. Tabel ini juga dapat dimodifiasi menjdi tabel mingguan. Untuk tabel mingguan maka digunakan 12 kolom (ABCDEFGHIJKL), dengan penempatan hak istimewa pada kolom HIJKL.
Cara kerja tabel ini ini perlu dikomunikasikan pada anak agar anak mulai berhitung dengan aturan yang telah dibuat dan mencoba mematuhinya.
Nah, Ummahat Muslimah, Bismillah ... Selamat mencoba!

(dari berbagai sumber)

Tidak ada komentar: